Imunisasi DPT-Hep B
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertussis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Vaksin COMBO (DPT-Hep B) tergolong dalam vaksin inactivated yang selalu memerlukan dosis ulang. Pada umumnya dosis pertama tidak menghasilkan kekebalan hanya rangsangan pada sistem kekebalan. Perlindungan akan timbul setelah suntikan kedua dan ketiga (Depkes R. I., 2005).
Imunisasi difteria, pertussis dan tetanus (DPT) telah lama masuk ke dalam program imunisasi nasional di Indonesia dan telah terbukti menurunkan angka kejadian maupun kematian yang disebabkan penyakit difteria, pertussis dan tetanus. Upaya imunisasi difteria, pertussis, dan tetanus (DPT) secara masal dianggap merupakan cara yang paling tepat untuk meningkatkan status kekebalan seseorang terhadap penyakit yang berbahaya ini (Fadlyana, dkk, 2002).
Bordetella pertussis adalah patogen manusia-spesifik yang menyebabkan batuk rejan. Penggunaan vaksin pertussis whole-cell pada bayi dan balita menyebabkan sirkulasi menurun dari bakteri dalam populasi anak dan penurunan narked dalam kejadian penyakit. Namun, vaksin tidak mengakibatkan kekebalan seumur hidup, memang, peredaran bakteri tidak terkendali pada populasi orang dewasa.
Bordetella pertussis menyebabkan batuk rejan. Meskipun studi molekuler yang luas, sekuensing seluruh genom, karakterisasi protein rinci, dan studi ekspresi gen, masih banyak yang belum diketahui tentang mikroba ini. Efektivitas vaksin whole-cell (pw) pertussis yang telah digunakan untuk vaksinasi bayi dan balita, namun bakteri masih beredar dan membunuh bayi yang baru lahir (Guiso, 2009).
Vaksin diphteria, pertussis, dan tetanus telah dikembangkan sejak tahun 1943, dan bersama-sama dengan vaksin hepatitis B, telah dimasukkan dalam WHO untuk memperluas program tentang imunisasi. Menggabungkan HB dengan DPT adalah layak karena kedua vaksin absobed dan diberikan dalam dosis ganda. Selain itu, vaksin gabungan juga dapat mengurangi jumlah suntikkan yang diberikan kepada bayi/anak dan memudahkan dalam pembawaan logistik (Jong, 2004).
Reaksi yang ditimbulkan dari pemberian vaksin COMBO (DPT-Hep B) adalah gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan dan atau bengkak pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi setelah 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari (Depkes R. I., 2006).
Vaksin COMBO (DPT-Hep B) tergolong dalam vaksin inactivated yang selalu memerlukan dosis ulang. Pada umumnya dosis pertama tidak menghasilkan kekebalan hanya rangsangan pada sistem kekebalan. Perlindungan akan timbul setelah suntikan kedua dan ketiga (Depkes R. I., 2005).
Imunisasi difteria, pertussis dan tetanus (DPT) telah lama masuk ke dalam program imunisasi nasional di Indonesia dan telah terbukti menurunkan angka kejadian maupun kematian yang disebabkan penyakit difteria, pertussis dan tetanus. Upaya imunisasi difteria, pertussis, dan tetanus (DPT) secara masal dianggap merupakan cara yang paling tepat untuk meningkatkan status kekebalan seseorang terhadap penyakit yang berbahaya ini (Fadlyana, dkk, 2002).
Bordetella pertussis adalah patogen manusia-spesifik yang menyebabkan batuk rejan. Penggunaan vaksin pertussis whole-cell pada bayi dan balita menyebabkan sirkulasi menurun dari bakteri dalam populasi anak dan penurunan narked dalam kejadian penyakit. Namun, vaksin tidak mengakibatkan kekebalan seumur hidup, memang, peredaran bakteri tidak terkendali pada populasi orang dewasa.
Bordetella pertussis menyebabkan batuk rejan. Meskipun studi molekuler yang luas, sekuensing seluruh genom, karakterisasi protein rinci, dan studi ekspresi gen, masih banyak yang belum diketahui tentang mikroba ini. Efektivitas vaksin whole-cell (pw) pertussis yang telah digunakan untuk vaksinasi bayi dan balita, namun bakteri masih beredar dan membunuh bayi yang baru lahir (Guiso, 2009).
Vaksin diphteria, pertussis, dan tetanus telah dikembangkan sejak tahun 1943, dan bersama-sama dengan vaksin hepatitis B, telah dimasukkan dalam WHO untuk memperluas program tentang imunisasi. Menggabungkan HB dengan DPT adalah layak karena kedua vaksin absobed dan diberikan dalam dosis ganda. Selain itu, vaksin gabungan juga dapat mengurangi jumlah suntikkan yang diberikan kepada bayi/anak dan memudahkan dalam pembawaan logistik (Jong, 2004).
Reaksi yang ditimbulkan dari pemberian vaksin COMBO (DPT-Hep B) adalah gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan dan atau bengkak pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi setelah 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari (Depkes R. I., 2006).
Imunisasi DPT-Hep B
Reviewed by vsco
on
Agustus 18, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: